Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلهِ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِيْ اْلآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْخَبِيْرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ فِيْ الْمُلْكِ وَالتَّدْبِيْرِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ اْلمُنِيْرُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلاَ فَبِتَقْْْْْْوَاهُ تُفْلِحُوْا
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala atas keutamaan dan kebaikan-Nya terhadap para hamba-Nya. Saya bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah Subhanahu wata’ala semata, tidak ada tandingan bagi- Nya. Saya bersaksi pula bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan- Nya yang telah menyampaikan risalah dengan penuh amanah. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada beliau dan keluarganya, serta para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang mengikutinya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dan menaati-Nya dengan penuh cinta kepada-Nya dan harapan untuk memperoleh balasan dari-Nya, serta takut dari siksa-Nya. Dialah Allah Subhanahu wata’ala satu-satunya yang berhak kita ibadahi dengan penyerahan diri kepada-Nya yang dibangun di atas pengagungan dan kecintaan yang penuh di dalam hati kita. Bagaimana kita tidak mengagungkan- Nya, sedangkan Dialah satu-satunya Yang Mahabesar dan Maha sempurna dari segala kekurangan? Bagaimana pula kita tidak mencintai- Nya sedangkan fitrah manusia telah dibuat untuk mencintai pihak yang berbuat baik kepada dirinya? Padahal tidak ada satu nikmat pun yang kita rasakan kecuali hal itu adalah pemberian- Nya, sebagaimana dalam firman-Nya,
وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya).” (an-Nahl: 53)
Maka dari itu, sudah semestinya setiap hamba mencintai Allah Subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar cinta, yaitu dengan bukti nyata yang menjadi tanda cintanya kepada Allah Subhanahu wata’ala , sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31)
Dari ayat di atas kita mengetahui bahwa di antara tanda cinta seseorang kepada Allah Subhanahu wata’ala adalah mengikuti petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Adapun sekadar seseorang mengaku cinta namun kenyataannya dia justru menyelisihi petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sesungguhnya dia berdusta meski dirinya mengaku mencintai Allah Subhanahu wata’ala .
Hadirin rahimakumullah,
Termasuk bukti kejujuran cinta seseorang kepada Allah Subhanahu wata’ala adalah mendahulukan cintanya kepada Allah l daripada kecintaan terhadap dirinya, harta, kerabat, atau hal lain yang ia senangi. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah, “Jika bapak-bapak kalian, anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri dan keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan dan perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kalian sukai lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta dari berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allahtidak memberi petunjuk kepada orangorang yang fasik.” (at-Taubah: 24)
Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wata’ala memerintah Nabi-Nya untuk mengingatkan ancaman Allah Subhanahu wata’ala terhadap orang-orang yang mengedepankan cintanya terhadap delapan hal, seperti keluarga, harta, tempat tinggal, dan yang lainnya, hingga lalai menjalankan amalan yang diwajibkan oleh Allah Subhanahu wata’ala, seperti jihad, hijrah, dan semisalnya. Tidak ada yang dia tunggu selain datangnya hukuman Allah Subhanahu wata’ala.
Oleh karena itu, kita dapatkan para sahabat dahulu adalah sosok yang luar biasa dalam hal kecintaan mereka kepada Allah Subhanahu wata’ala. Begitu pula generasi berikutnya yang mengikuti jejak mereka dari kalangan tabi’in dan seterusnya. Mereka siap mengorbankan jiwa dan hartanya untuk menjalankan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wata’ala. Bahkan, para sahabat meninggalkan tempat tinggal dan keluarga mereka untuk menjalankan kewajiban hijrah pada masa itu.
Hadirin rahimakumullah,
Bagaimana keadaan sebagian kaum muslimin pada masa sekarang ini? Kalau kita bandingkan dengan masa generasi pertama di umat ini, akan kita lihat perbedaan yang teramat jauh. Di masa sekarang ini, kita dapatkan banyak kaum muslimin yang lebih mendahulukan keinginan hawa nafsunya daripada menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala. Lihatlah betapa banyak orang yang mengedepankan keinginannya untuk istirahat, tidur, bermain-main, dan semisalnya, sehingga tidak pergi ke masjid untuk memenuhi panggilan azan. Lihatlah pula, betapa banyak kaum muslimin sibuk dengan pekerjaan dan usahanya, mendahulukan mencari dunia daripada melaksanakan perintah Allah Subhanahu wata’ala untuk menjalankan shalat. Ia pun terjatuh pada pelanggaran terhadap perintah Allah Subhanahu wata’ala yang disebutkan dalam firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِن يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, hal itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (al-Jumu’ah: 9)
Di sisi lain, banyak di antara kaum muslimin yang melakukan bisnis dengan cara riba, menipu, atau cara-cara haram lainnya. Masih banyak juga di antara orang-orang yang kaya tidak mau mengeluarkan hartanya di jalan Allah Subhanahu wata’ala. Semua ini menunjukkan, banyak kaum muslimin yang mengedepankan cintanya kepada harta daripada kecintaannya kepada AllahSubhanahu wata’ala. Padahal Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَّهُم ۖ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۖ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat (sebagai azab bagi mereka).” (Ali Imran: 180)
Hadirin rahimakumullah,
Demikianlah sebagian keadaan kaum muslimin di masa sekarang ini yang menunjukkan ketidakjujuran dalam kecintaannya kepada Allah Subhanahu wata’ala. Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan bisa menjadi peringatan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wata’ala mengampuni dosa-dosa kita dan dosa-dosa kaum muslimin. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun atas kesalahan hambahamba- Nya.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنْ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً خَاتَمَ النَّبِيِّيْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعلى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كثيراً أَمَّا بَعْد
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah, Ketahuilah, di antara tanda kecintaan kepada Allah Subhanahu wata’ala adalah mencintai apa yang dicintai oleh Allah Subhanahu wata’ala dan membenci apa yang dibenci oleh-Nya, baik manusia, amalan, maupun ucapan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Engkau (wahai Muhammad) tak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul- Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, anak-anak, saudarasaudara, ataupun keluarga mereka.” (al-Mujadalah: 22)
Jadi, sebagai wujud kecintaan kepada Allah Subhanahu wata’ala, di dalam hati seorang muslim tidak boleh ada kecintaan kepada orangorang kafir, sebagaimana halnya tidak boleh ada kecintaan kepada perbuatan syirik, bid’ah, kezaliman, dan kemaksiatan lainnya. Sebab, Allah Subhanahu wata’alamembenci perbuatan-perbuatan tersebut. Barang siapa mencintai apa yang dibenci oleh AllahSubhanahu wata’ala, ini menunjukkan bahwa dirinya belum membuktikan cintanya kepada AllahSubhanahu wata’ala. Justru, hakikatnya dia telah mendahulukan hawa nafsunya daripada kecintaannya kepada Allah Subhanahu wata’ala. Selain itu, dia juga terancam tidak akan merasakan nikmatnya iman. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
“Ada tiga hal, barang siapa memilikinya, dia akan merasakan lezatnya iman: (yaitu) dia menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada selain keduanya; dia mencintai seseorang yang tidaklah dia cintai kecuali karena Allah l; dan dia membenci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana tidak sukanya dia untuk dilemparkan ke api neraka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Akhirnya, mudah-mudahan Allah Subhanahu wata’ala memberikan taufik-Nya kepada kita semua agar menjadi orang-orang yang mencintai Allah Subhanahu wata’ala dan memudahkan kita untuk memiliki sifat-sifat ahli surga, yaitu senantiasa takut akan kedudukan Allah Subhanahu wata’aladan tidak mengedepankan hawa nafsu.
No comments:
Post a Comment